Duh, Atlet Taekwondo dan Squash Sumut Diusir dari Hotel
Harianbisnis.com, Medan- Pekan Olah Raga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 diwarnai sebuah insiden memalukan terjadi, dimana 41 atlet dan pelatih cabang olahraga Squash dan Taekwondo diusir dari Hotel Sans Cemara Asri Medan, Kamis (8/8).
Atlet tersebut sedang menjalankan Program Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) Penuh yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Utara.
Sekum Pengprov Squash Indonesia (PSI) Sumut, Amansyah mengatakan tidak tahu persis, alasan pasti pihak manajemen Hotel meminta mereka keluar dari hotel Sans Cemara Asri.
Tapi, dari pengakuan manajemen karena masalah administrasi yang belum kunjung diselesaikan pihak PB PON wilayah Sumut dalam hal ini Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Sumut.
“Jam 9 malam pintu kita diketuk. Pertama kamar atlet diminta untuk check out malam itu juga. Kami bingung dan konfirmasi ke pihak petugas KONI dan PB PON. Akhirnya kami bertahan sampai pagi dan check out dari hotel pagi,” kata Amansyah.
Atlet tidak menjalani program latihan pagi hari karena takut barang mereka dikeluarkan sepihak oleh manajemen hotel. Insiden ini disebut Amansyah tentu membuat sedikit banyaknya berpengaruh pada mental dan psikologi atlet.
“Sedikit banyak mental mereka terganggu dan down gitu. Tiba-tiba malam atlet disuruh keluar. Kita kan atlet fokusnya disuruh latihan dan waktu (PON) sudah dekat. Tapi, saya bilang sama atlet tetap fokus latihan,” ujar pria yang juga pelatih Squash Sumut itu.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Taekwondo Indonesia (TI) Sumut, Rahma Dewi saat mendampingi perpindahan atlet ke Hotel Miyana.
Ia juga meminta kepada atlet dan pelatih tidak terpengaruh dengan insiden itu, meski latihan ditiadakan.
“Saya tetap menjaga psikologi anak-anak ambil hikmahnya semua. Kejadian tadi malam itu adalah hal biasa bagi saya, karena kita tidak menyalahkan Dispora. Bisa saja di awal terjadi hambatan. Itu yang saya briefing kan kepada atlet,” katanya.
Kabid Pembudayaan Olahraga Dispora Sumut, Budi Syahputra membantah pihaknya mengulur-ulur pembayaran biaya penginapan.
“Semua hotel kita buat gitu, permohonan pemakaian. Pihak hotel itu (Hotel San) meminta supaya dilakukan panjar dan transaksi sesuai surat artinya dibayar tiap minggu. Sementara, mekanisme yang ada di pemerintah tidak seperti itu. Mereka itu kan masuk dulu, kontrak lalu lakukan pembayaran. Saya tanya ke biro pengadaan barang dan jasa dan yang menangani ini. Artinya, saya tidak dibenarkan melakukan pembayaran karena harus kontrak dulu,” kata Budi.
Hal senada disampaikan, Ketua KONI Sumut, John Ismadi Lubis pihaknya sangat menyayangkan peristiwa tersebut.
Ia mengatakan sebagai pengusaha dan masyarakat Sumatra Utara seharusnya pihak hotel bisa membantu atlet PON tersebut.
Karena katanya, pihaknya bukan tidak mau membayar administrasi tersebut, namun hal tersebut harus melalui sejumlah proses di pemerintahan.
“Proses pengadaan uang di pemerintahan kan gak bisa begitu masuk langsung bayar, kan di proses dulu duitnya,” ungkapnya.
Sedangkan, Manajer Operasional Hotel San Cemara Asri Medan, Jiro menepis bahwa pihaknya dianggap tidak mendukung PON.
Karena menurutnya, pihaknya sudah membantu atlet dan Pelatih PON selama dua sampai tiga hari dengan memperbolehkan menginap tanpa adanya pembayaran terlebih dahulu sesuai aturan hotel.
Ia mengatakan pihaknya sama-sama mencari solusi agar Dispora bisa membayar minggu pertama terlebih dahulu sebagai tanda kesepakatan.
“Bahkan mereka buat surat pernyataan gitu loh, bakalan check out bila pembayaran tidak selesai pada Pukul 5 sore. Ternyata sudah jam 5 sore, pihak mereka ketika diminta pembayaran dikasih harapan palsu. Ujung-ujungnya jam 8 malam, pihak mereka pun tidak ada yang bisa komunikasi dengan kami. Kami nelpon ditolak dan gak diangkat gitu loh,” ucap Jiro.
Dikatakan Jiro meski pihaknya sempat meminta atlet keluar dari kamar, namun karena alasan toleransi akhirnya atlet dan pelatih diperbolehkan menginap satu malam di hotel. Namun, keesokan paginya, tidak ada pihak Dispora Sumut yang merespon kepastian pembayaran.
“Pembayaran tiga malam itupun tidak ada cerita diskusinya kayak mana penyelesaiannya. Panitia satupun tidak ada yang kasih jawaban kepada kami. Padahal, kami sudah ijinkan nginap tiga malam,” ujarnya.
Dikatakan Jiro, pihaknya juga telah memberikan waktu tiga hari untuk penyelesaikan pembayaran.
Namun, dengan alasan prosedur pembayaran dari pihak Dispora yang belum ada kejelasan, pihaknya tidak bisa mentoleransi lebih lama. Bahkan, pihaknya mengaku baru menerima surat peminjaman kamar pada 6 Agustus, atau satu hari setelah atlet masuk ke penginapan.
“Jadi mereka sekarang improvisasi sendiri, mereka datang di hotel kita hari pertama itu tanpa ada surat pemberitahuan terlebih dahulu. Harusnya kita pihak hotel gak boleh terima. Tapi, karena niat kami baik mau mendukung pemerintah. Tanpa ada kontrak dan hitam di atas putih, kita ijinkan tamu masuk dengan itikad baik mereka mau menyelesaikan ini atau besok,” ucapnya. (Rom/hbc)