Yayasan Rumah Ceria Medan, Senyum Anak Disabilitas Tatap Masa Depan
Harianbisnis.com, Medan- Yayasan Rumah Ceria Medan (YRCM) adalah sekolah inklusif hadir sebagai wadah bagi anak-anak disabilitas di Kota Medan.
Didirikan oleh Yuli Yanika atau akrab dipanggil Uye, seorang mahasiswa pendidikan yang sejak lama memiliki ketertarikan mendalam terhadap dunia disabilitas. Ketertarikan itu tumbuh dari pengalamannya bergaul dengan anak-anak berkebutuhan khusus sejak kecil, yang kemudian menumbuhkan empati dan dorongan kuat dalam dirinya untuk menciptakan ruang belajar yang ramah bagi semua anak.
Perjalanan Uye dimulai pada tahun 2013, ketika ia bekerja sebagai pengajar di sebuah sekolah alam. Dari sanalah ia menyadari adanya jarak komunikasi yang cukup lebar antara anak-anak disabilitas dengan anak-anak normal. Ia melihat bagaimana anak disabilitas seringkali kesulitan mengekspresikan diri dan diterima dalam interaksi sosial.
Empati yang tumbuh dalam dirinya membuat Uye merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu yang lebih besar.
Berangkat dari keprihatinan itulah, Uye kemudian membangun sebuah sanggar kreativitas sebagai wadah bagi anak-anak disabilitas untuk menyalurkan bakat dan ekspresi mereka.
Bersama teman-temannya yang tergabung dalam komunitas peduli difabel, ia membuka beragam kelas mulai dari kelas tari, fotografi, hingga kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak-anak. Kegiatan sanggar tersebut rutin diadakan setiap minggu dan menjadi tempat yang hangat bagi banyak anak disabilitas di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Namun, perjalanan itu tidak selalu mulus. Pada tahun 2018, Uye menghadapi sebuah pengalaman yang meninggalkan kesan mendalam.
Ia harus menangani kasus seorang anak disabilitas intelektual yang mengalami perlakuan tidak menyenangkan. Peristiwa itu mengguncang hatinya, sekaligus meneguhkan tekadnya untuk tidak berhenti di sanggar semata. Ia ingin menciptakan tempat yang lebih aman dan komprehensif tempat di mana anak-anak disabilitas bukan hanya belajar, tapi juga mendapatkan pendampingan dan perlindungan.
Dari situlah, pada tahun 2019, lahirlah Yayasan Rumah Ceria Medan.
YRCM tumbuh sebagai sekolah inklusif yang membuka ruang belajar bagi anak-anak disabilitas dan non-disabilitas. Sekolah ini tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pendidikan karakter, empati, dan kemandirian. Uye percaya, pendidikan sejati adalah ketika setiap anak, tanpa memandang kondisi fisiknya, dapat belajar dengan rasa aman dan diterima apa adanya.
Selain menjadi sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus, Yayasan Rumah Ceria Medan juga aktif menjalankan berbagai program pemberdayaan. Beberapa di antaranya ialah program pendidikan berbasis inklusi, pendampingan disabilitas di masyarakat, program tuli mengaji, serta program kemah inklusif yang mengajak anak-anak belajar hidup mandiri di alam terbuka.
Tak berhenti di situ, yayasan ini juga menghadirkan program edukasi seksual bagi disabilitas melalui kegiatan “Tumbuh Tanpa Rasa Takut”, serta memperkenalkan program Artificial Intelligence (AI) untuk remaja disabilitas yang merupakan sebuah langkah visioner yang membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk mengikuti perkembangan zaman.
Dalam menjalankan setiap programnya, YRCM tak berjalan sendiri. Yayasan ini bekerja sama dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Pengadilan Tinggi Medan, sehingga anak-anak disabilitas dan keluarga mereka bisa memperoleh akses hukum dan perlindungan secara resmi.
Dukungan tersebut menjadi bagian penting dari upaya YRCM membangun ekosistem inklusi yang berkelanjutan.
Dalam sistem pembelajarannya, YRCM kini memiliki tujuh orang pengajar serta seorang psikolog yang aktif memberikan pendampingan kepada siswa.
Hal yang paling unik dan membedakan sekolah ini dengan sekolah disabilitas lain adalah kebijakan penggunaan bahasa isyarat sebagai bahasa utama. Semua anak baik disabilitas maupun non-disabilitas diwajibkan berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
Tujuannya sederhana namun bermakna menciptakan kesetaraan dalam komunikasi. Di sini, tak ada yang merasa lebih atau kurang. Bahasa menjadi jembatan yang mempersatukan, bukan tembok yang memisahkan.
Setiap guru di YRCM pun dibekali kemampuan menggunakan bahasa isyarat agar tidak ada satu pun anak yang merasa tertinggal dalam proses belajar. Suasana belajar di sekolah ini pun terasa hidup dan hangat. Di tengah tawa, isyarat tangan, dan semangat belajar, tumbuh rasa saling menghargai dan empati yang kuat di antara anak-anak.
Kini, di usia yang masih muda, Yayasan Rumah Ceria Medan telah menjadi simbol harapan dan inklusivitas di tengah masyarakat Kota Medan. Di balik setiap senyum anak disabilitas yang belajar di sana, tersimpan keyakinan bahwa masa depan mereka tetap cerah selama ada ruang untuk diterima dan kesempatan untuk berkembang.
Sebagai penutup, Uye menyampaikan harapannya dengan mata berbinar.
“Saya ingin anak-anak disabilitas bisa hidup berdampingan di tengah masyarakat tanpa dibedakan. Mereka punya kemampuan untuk hidup mandiri, asal ada orang-orang yang mau mendukung dan percaya pada mereka. (Red)