Seminar Nasional BPD se Indonesia: Digitalisasi Perbankan Bukan Hanya Soal Finansial Tetapi Kedaulatan Negara
Harianbisnis.com, Parapat- Sebagai rangkaian acara undian nasional BPD se Indonesia tabungan Simpeda dengan total hadiah Rp 3 miliar, diadakan Seminar Nasional yang diikuti BPD se Indonesia dengan tema “Peran Digitalisasi Perbankan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah”, Rabu (24/4/2024) di Hotel Niagara Parapat.
Seminar nasional ini menghadirkan pembicara yakni Direktur Utama Bank Sumut Babay Parid Wazdi, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara IGP Wira Kusuma, Bambang Mukti Riyadi selalu Deputi Komisioner APU-PPT Internasional OJK, dan seminar ini dimoderatori oleh Eko B Supriyanto.
Deputi Komisioner APU-PPT Internasional OJK, Bambang Mukti Riyadi mengatakan literalisasi digital di masyarakat sudah sangat tinggi, segala layanan dalam handphone semakin terintegrasi, ini membuat perbankan merespon menjadi pasar atau peluang dan menjadi kewajiban karena dalam konteks persaingan tidak terhindarkan.
“Ini kemajuan buat ekonomi daerah dan kemajuan untuk pelayanan masyarakat. Tapi ketika kita bicara perbankan harus kita bangun supaya perbankan itu bisa memanfaatkan digitalisasi dan memanfaatkannya menjadi sebuah benefit,” ucapnya.
Ditambahkannya, jangan sampai lupa jika digitalisasi tidak digarap oleh Bank daerah maka lembaga lain yang akan menggarapnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, IGP Wira Kusuma menjelaskan, kami melakukan riset bagaimana dampak digitalisasi tersebut mendorong performa dari UMKM.
“Kita melakukan survei lebih dari lima ribu pelaku usaha di sektor ultra, mikro dan mikro kecil diseluruh nusantara. Kita survei dari proses bisnisnya. Dari survei tersebut kita buat semacam indeks, kami melihat sektor yang adopsi digitalisasinya sangat besar ada pada sektor kesehatan,” ungkapnya.
Dijelaskannya, kedepannya yang mendorong kegiatan ekonomi di Indonesia adalah permintaan domestik, seperti konsumsi rumah tangga, dan perdagangan usaha. Bagaimana melancarkan semua ini, tentunya digitalisasi sangat berperan dan e-commerce naik juga sejalan dengan konsumsi rumah tangga yang meningkat.
“Kemudian perkembangan Qris sebagai transaksi pembayaran juga meningkat. Ini membuktikan digitalisasi mempunyai peran penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi itu bisa dilihat dari pertumbuhan UMKM dan makronya. Memang penggunaan Qris masih terdapat kelemahan yakni dari sisi pengguna mengeluhkan masalah keamanan, transaksi sering gagal atau lama masuk. Kami mencoba masukan ini dibawa ke pusat sehingga menjadi perbaikan kedepannya,” tutur Wira.
Pada kesempatan yang sama, Dirut Bank Sumut Babay Parid Wazdi menjelaskan, digitalisasi perbankan itu bukan hanya soal finansial tetapi juga kedaulatan negara.
“Saya melihat Bank Pembangunan daerah itu, banyak ‘keju’ kita diambil orang dan kita tidak menyadari itu, dan itu harus kita ambil kembali yakni dengan digitalisasi,” tegasnya.
Diungkapkan Babay, setidaknya ada lima sektor yang sebagian telah diambil oleh Bank lain, yakni sektor pemerintah, sektor desa (village), sektor kesehatan, sektor pendidikan, dan sektor agribisnis.
“Bank-bank lain sudah lebih canggih, ini kita harus berjuang bagaimana kita wajib mengimplementasikan digitalisasi jika tidak maka kita akan menjadi Bank yang tidak berdaulat,” ucapnya.
Ditambahkannya, kita ini namanya Bank pembangunan daerah filosofinya harus membangun daerah, karena dengan adanya digitalisasi maka kebocoran-kebocoran anggaran akan lebih transparan dan termonitor.
“Jadi kalau kita bisa berdigitalisasi di lima sektor ini, saya rasa kita akan menjadi Bank Pembangunan Daerah yang unggul,” pungkasnya.
Sekedar diketahui, acara seminar ini diikuti oleh para direksi Bank Pembangunan Daerah se Indonesia. (Ram/hbc)