Anak Guru Ini Nyaleg dari Partai Demokrat
Harianbisnis.com, Medan- Berangkat dari seorang jurnalis dan kini menapaki langkah baru di dunia politik menjadi bingkai perjalanan, Chairil Hudha.
Ariel, sapaan akrabnya itu menilai politik adalah langkah tepat dalam membawa suatu perubahan. Apalagi, dirinya pernah merasakan getirnya kehidupan di tengah perjuangan menempuh gelar sarjana.
Bagaimanakah dirinya menilai politik sebagai arah sebuah perubahan?
Pria kelahiran Ledong Barat kecamatan Aek Ledong, Asahan ini coba mengisahkannya saat ditemui, Senin (15/5/2023) di Cafe Democratic Jalan Sudirman, Medan.
Ya, buah hati dari pasangan Bakir Chairuddin dan Kartini ini bukanlah anak yang terlahir mapan.
Hidup sebagai anak seorang guru, Ariel mengawali perjalanan kisahnya sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIK-P) Medan.
Tentu dengan keterbatasan ekonomi, Ariel harus melewati masa sulit untuk bisa menamatkan bangku kuliah. Semua kerjaan pun harus dilakoninya.
Dari mendayuh becak dayung barang di Jalan Rakyat, door smeer, office boy, Relawan NGO Tsunami Aceh dan Gempa di Nias hingga menjadi seorang wartawan serta menjadi pemimpin redaksi di salah satu media ternama di Kota Medan menghiasi perjalanan hidupnya.
“Semua dikerjakan dengan penuh tanggungjawab, yakin dan bisa tamat kuliah demi satu alasan yakni membanggakan orang tua,” ujar suami dari Yunida Mahrani Pasaribu itu.
Di tengah perjalanan hidupnya, ayah tiga orang anak ini melihat sebuah perubahan bisa terlaksana dengan adanya kebijakan dari pemangku jabatan.
Namun, kebijakan tentu tak bisa sesuka hati, harus ada kontrol sosial dari anggota parlemen.
“Inilah yang menjadi alasan kenapa saya memilih untuk terjun ke dunia politik. Harus berada langsung di dalamnya untuk bisa membawa arus perubahan demi kepentingan khalayak banyak,” tutur pria kelahiran 1984 silam itu.
Untuk memuluskan langkahnya, Ariel pun menambatkan pilihannya kepada partai Demokrat. Baginya, partai berlambang Mercy adalah partai yang memberi solusi dalam sendi kehidupan masyarakat.
“Kenapa Demokrat? Karena saat partai ini berkuasa dan Pak SBY menjadi Presiden, banyak kebijakannya yang sangat membantu masyarakat terutama ibu saya yang berprofesi sebagai guru. Guru yang sebelumnya bergaji sangat minim, di era Pak SBY semua berubah. Lewat program sertifikasi, orang tua saya akhirnya bisa menghantarkan seluruh anaknya ke jenjang sarjana,” ucap Ariel yang akhirnya bergabung bersama Demokrat di bawah kepemimpinan Muhammad Lokot Nasution sejak 2022 lalu.
Tak ingin hanya menjadi pengurus dalam sebuah partai, Ariel pun memutuskan untuk ikut mengarungi konstelasi politik 2024 mendatang.
Maju sebagai Bacaleg Dapil 5 Kota Medan dengan area pemilihan Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Polonia dan Medan Maimun, dirinya berharap bisa mewujudkan mimpi menjadi anggota dewan yang bisa langsung menyentuh dan mengawal aspirasi masyakarat.
“Tujuan saya menjadi anggota dewan sederhana. Saya belasan tahun bekerja sebagai wartawan yang secara tidak langsung menerima aspirasi masyarakat dan melaksanakan kontrol sosial kepada kebijakan pemerintah. Namun ada yang sulit kita realisasikan saat berbenturan dengan perjuangan masyarakat, yakni program kerja yang berkaitan dengan budgeting. Kita tidak punya kewenangan untuk mengusulkan program untuk masyarakat itu. Lain halnya jika kita sebagai anggota dewan,” ungkap Ariel yang berdomisili di Komplek Kejaksaan, Kelurahan Simpang Selayang, Medan Tuntungan.
Menurut Ariel lagi, ada tiga komponen fungsi utama di legislatif. Selain mengawal aspirasi masyarakat, ada kontrol sosial, legislasi dan hak budgeting yang dimiliki anggota legislatif.
“Sehingga kita perlu masuk langsung ke dalamnya untuk mengawal program pemerintah. Hal ini dilakukan agar bisa langsung menyentuh ke masyarakat, ini memang standart. Tapi, saya akan membuat pembeda dalam berjuang melahirkan program masyarakat di tengah era digital ini,” ujarnya lagi.
Seperti misalnya bantuan kepada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), apakah sudah menyentuh? padahal kita tahu bahwa Medan adalah salah satu kota jasa dan perdagangan.
“Kalau pemerintah cuma fokus membenahi jalan dan fasilitas lainnya seperti lampu Pocong yang justru tak berdampak ke masyarakat untuk apa. Inilah perlu adanya pengawasan dan pengawalan dari legislatif atas kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah,” sebut Ariel.
Sesungguhnya, Ariel bukanlah orang baru dalam permainan politik di Sumut, dirinya kerap turut serta dalam beberapa pemenangan kepala daerah di Sumut dan Gubernur. Bukan hal mudah tentunya bagi Ariel untuk bisa melangkah jauh, apalagi sampai menghantarkan kakinya ke gedung parlemen. Namun dirinya yakin, jika bergerak atas nama rakyat tanpa iming-iming apalagi transaksi, semua akan indah pada waktunya. (Rom/hbc)