Sawit Jadi Komoditas Ekspor, Pelatihan Pekebun Diharap Tingkatkan Produksi
Harianbisnis.com, Pontianak- Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian mengadakan Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Perkebunan Kelapa Sawit, dengan menggandeng Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Agro Nusantara.
Pelatihan yang diperuntukan oleh para pekebun sawit khususnya di wilayah Bengkayang, Kalimantan Barat ini, membekali pekebun dengan dua pelatihan yakni, pelatihan Pengelolaan Sarana Prasarana Perkebunan Kelapa Sawit dan pelatihan Manajemen dan Administrasi Keuangan di Harris Hotel Pontianak, Senin (12/8).
Melalui Data Rekomendasi Teknis, para pekebun sawit di daerah penghasil sawit mendapat undangan untuk mendapatkan pelatihan.
Perwakilan manajemen LPP Agro Nusantara, Zulkifli Zein di Pontianak, mengatakan LPP bersama dengan BPDPKS memanfaatkan dana yang disisihkan dari ekspor sawit untuk menyelenggarakan pelatihan dalam beberapa tahun terakhir.
Dari sisi teknis, menurutnya para petani sebetulnya sudah khatam. Meski begitu, para petani kelapa sawit tetap memliki ruang dan kesempatan untuk perkembangan.
“Dari sisi teknis mungkin mereka tidak bermasalah. Tapi dari sisi mindset, konsep mengenai opportunity cost misalnya. Ini yang teman-teman petani harus mungkin lebih dibangkitkan, karena potensinya memang ada,” terangnya.
Pelatihan yang diikuti oleh 30 peserta dari Kabupaten Bengkayang ini, berlangsung selama 4 hari efektif. Mereka akan mendapatkan materi berupa pembelajaran misalnya mengenai kebijakan & organisasi pengelolaan sarana prasarana kebun, pengenalan alat & mesin pertanian, penanganan infrastruktur kebun.
Selain itu dalam pembekalan manajemen keuangan peserta akan mendapatkan pembekalan pembelajaran teori di kelas misalnya mengenai Administrasi Keuangan, Pengelolaan Kredit (Pengajuan, Pengembalian), Penyusunan Proposal Usaha, dan sebagainya.
Peserta juga berkesempatan melaksanakan praktik di kelas mengenai materi terkait dengan didampingi oleh pengajar dan narasumber yang berpengalaman dan kompeten di bidang tersebut.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bengkayang Yulianus mengapresiasi kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian dengan menggandeng Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Agro Nusantara.
Dalam pelatihan kali ini, LPP Agro Nusantara membekali para petani dengan pelatihan pengelolaan sarana prasarana perkebunan kelapa sawit kepada para pekebun kelapa sawit swadaya dari Kabupaten Bengkayang di Harris Hotel Pontianak.
“Sebenarnya secara fakta, mungkin petani tahu bagaimana cara tanam kebun dan bagaimana hal itu buat menguntungkan. Tetapi mereka sebenarnya dengan ada pelatihan seperti ini, keuntungan yang mereka bisa peroleh itu lebih tinggi,” ucap Yulianus.
Ia berharap bagaimana pelatihan ini bisa mentransformasi para pekebun swadaya yang berprinsip konvensional menjadi usaha tani. Meskipun proses tersebut memiliki tantangan, yakni asumsi petani.
“Makanya memang dalam pelatihan seperti ini, kuncinya ialah mindset mereka itu perlu dibuka oleh para stakeholder-stakeholder supaya mereka itu punya semangat untuk meningkatkan pengetahuan mereka,” kata dia.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan provinsi Kalimantan Barat Heronimus Hero menyambut baik kegiatan pelatihan tersebut. Masyarakat menurutnya belum begitu menyadari tentang pentingnya analisis usaha tani.
“Mungkin karena kebiasaan mereka sudah menganggap bahwa lahan, tenaga kerja dan prasarana lain adalah milik pribadi, jadi hal itu tidak dihitung. Padahal jika hasil panen mereka kurang dari 20 ton per tahun, mereka sebetulnya merugi. Pendapatan mereka hanya sekitar Rp2 juta per bulannya,” terang Hero.
Hal inilah, kata Hero, yang berusaha didorong oleh pemerintah. Dengan adanya pelatihan itu diharapkan para peserta dapat memiliki pemahaman terhadap hal tersebut. Setelah itu, mereka dapat menyebarluaskan pengetahuan itu kepada komunitas mereka.
“Mudah-mudahan ini bisa menjadi dorongan agar pekebun sawit kita lebih berkelanjutan nantinya,” pungkasnya. (Ram/hbc)